Rabu, 19 September 2012

Renungan


Assalamualaikum Wanita Pemilik Sebelah Tulang Rusukku,

 Bagaimana kabarmu hari ini?
 Ku harap sabar dan syukur selalu menyertaimu dalam menjalankan keistiqomahanmu kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
 Aamin..

 Kali ini kurasa sudah saatnya aku perlu menceritakan mengenai sebuah proses perjuanganku untuk menemukanmu

 Ya, akan ku ceritakan kepadamu mengenai wanita anggun nan sederhana yang ku temui beberapa waktu yang lalu


 Sejak pertemuan saat itu, ku bulatkan tekad dalam hati, bahwa kali ini akan ku coba untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hati


 Maka, melalui perantaraan saudaraku, ku sampaikan niat suciku kepadanya

 Ada 3 pertanyaan yang ku ajukan,

 Yang pertama, "Sudah siapkah ia jika ada laki-laki yang ingin membina hubungan serius dengannya?"

 Yang kedua, "Sudah adakah calon pendamping baginya atau sudah adakah laki-laki yang meminangnya?"

 Karena aku sadar sepenuhnya bahwa haram hukumnya meminang di atas pinangan seorang muslim yang lain

 Dan yang ketiga, "Mau kah ia mencoba mengenalku dan membiarkan aku untuk mengenalnya?"


 Ya, itulah 3 pertanyaan yang ku ajukan padanya

 Dan Alhamdulillah, saudaraku menyampaikan bahwa wanita anggun nan sederhana itupun memiliki pemikiran yang sama denganku

 Maka setelah mendapat persetujuan darinya, proses ta'aruf pun ku lakukan


 Karena perbedaan jarak, maka ta'aruf yang bisa ku lakukan hanya sebatas menggunakan media komunikasi


 Hari berganti hari..
 Seiring dengan berlalunya waktu, berbagai cara telah ku coba untuk lebih mengenalnya

 Namun..
 Jawaban yang ku dapat tidak seperti yang ku harapkan...


 Banyak kendala ku hadapi

 Yang akhirnya membuatku sampai pada 3 kesimpulan :

 1. Ku lihat sifatnya yang begitu menutup diri sebagai pertanda bahwa ia belum siap untuk menikah

 Ya, aku sadar setelah bertukar fikiran dengannya, bahwa masih begitu banyak cita-cita yang ingin dicapainya. Dan dapat ku pahami bahwa ia tak ingin ada urusan-urusan lain yang bisa mengalihkannya dari perjuangan mencapai cita-citanya

 2. Jangan jadikan ta'aruf sebagai kedok membina hubungan lain selain hubungan pernikahan

 Ya, inilah kata-kata yang begitu menyadarkan ku. Kata-kata yang keluar dari orang terdekatku
 Ia bertanya padaku :

 "Siapkah kau jika wanita yang kau ajak berta'aruf itu setuju untuk membina hubungan serius denganmu?"

 "Siapkah kau memintanya untuk menjadi pendampingmu?"

 "Jika belum siap, maka untuk apakah kau mengajaknya berta'aruf saat ini?"

 "Janganlah jadikan alasan ta'aruf sebagai media untuk membina hubungan yang lain selain hubungan pernikahan !!"

 Alhamdulillah.. Terima kasih telah menyadarkanku melalui perantara hamba-Mu ya Allah..

 3. Allah tampaknya cemburu dan marah kepadaku

 Mungkin ini terkesan berlebihan. Tapi itulah yang ku rasakan
 Sejak bertemu dan berkenalan dengannya, tak terasa hati ini condong untuk mengingatnya
 Tak terasa imajinasi berlayar kepadanya, dan tak terasa pula bahwa fikiran ini cenderung memikirkannya

 Maka bagaimana Allah tidak cemburu dan marah kepadaku, jika rasa sayang dan cinta yang ku miliki pada makhluk-Nya perlahan-lahan mulai melebihi rasa cinta dan sayangku pada Allah?
 Bagaimana Allah tidak cemburu dan marah kepadaku, jika ibadah yang dulunya khusyuk kepada-Nya kini mulai terusik dengan fikiran-fikiran tentang makhluk-Nya?

 Astaghfirullahal'adzim, itulah yang terjadi padaku..

 Kuanggap kendala-kendala yang ku hadapi sebagai bentuk kasih sayang Allah kepadaku..
 Mungkin Allah ingin mengujiku agar aku kembali kepada-Nya, kembali mengingat-Nya dan kembali mencintai-Nya lebih dari apapun..
 Dan mungkin Allah ingin menyadarkanku bahwa belum tiba saatnya..

 Wallahu’alam Bish Shawab..



 Maka dari itu wahai wanita pemilik sebelah tulang rusukku, biarkanlah ku teruskan proses memperbaiki diriku ini

 Aku berjanji : Akan kubekali diri ini dengan ilmu, Akan ku persiapkan segala kebutuhan untuk bisa membina rumah tangga bersamamu, dan Akan ku mantapkan keimananku hingga rasa sayang dan cintaku padamu kelak tidak bisa menandingi cinta dan sayangku pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya..


 Tunggulah aku wahai wanita pemilik sebelah tulang rusukku, tunggulah aku memantaskan diriku..
 Mungkin butuh waktu setahun, 2 tahun, atau bahkan bertahun-tahun lamanya. Namun ku harap kau setia menungguku..

 Saat ini, mari kita biarkan semua berjalan, dan Allah yang meneruskan kisah kita, entah kapan dan di mana akan berlabuh..
 Belum hak kita untuk menjalani semua. Hati kita biarlah terjaga untuk-Nya, sampai nanti, sampai tiba saatnya Ia mengizinkan aku hadir untuk menjadi penanggungjawab hidupmu..

 Selama itu, Akan ku paksa diriku menahan segala rasa yang belum layak untuk ku rasakan..
 Akan ku gunakan segala daya agar diri ini selalu mengingat bahwa yang terbaik adalah ketentuan-Nya..
 Dan akan ku yakini diri ini untuk selalu percaya akan janji-Nya..

 Tak perlu kau risaukan aku dalam kesepianku..
 Karena aku sadar bahwa sesungguhnya aku tak pernah sendirian..
 Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan dua malaikat-Nya selalu bersamaku, menemaniku kapanpun dan dimanapun aku berada :)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts